Filsafat Adwaita

Posted: 10 November 2013 in Filsafat

220px-Shiva_as_the_Lord_of_Dance_LACMA_edit

Oleh: Ida Bagus Wika Krishna

Sri Sankara merupakan yang melahirkan bentuk akhir dari filsafat adwaita, walaupun yang pertama mensistematis filsafat ini adalah parama guru dari Sankara, yaitu Rsi Gaudapada melalui karya beliau Mandukya Karika. Sri Sankara memberikan sentuhan akhir dan sempurna melalui ulasan beliau tentang Brahma Sutra yang dikenal dengan Sariraka Bhasya.

Filsafat Adwaita dari Sankara merupakan filsafat yang mutlak, menyatakan bahwa seluruhnya merupakan Brahman, dan perbedaan hanyalah khayalan. Hal ini tersimpul alam salah satu sloka, yaitu ‘ Brahma Satyam Jagan Mithya, Jivo Brahmaiva Na Aparah’ yang berarti Hanya Brahmanlah yang nyata, dunia ini tidak nyata, dan jiwa atau roh pribadi sama dengan Brahman.

Brahman tertinggi adalah tak berpribadi, tanpa guna dan atribut (nirguna), tanpa wujud (Nirakara), tanpa ciri-ciritertentu (Nirwisesa), abadi dan bukan pelaku dan perantara (akrta). Beliau adalah subyek penyaksi dan tidak akan pernah menjadi obyek, Beliau adalah tuggal, tak dapat digambarkan, karena penggambaran akan membentuk perbedaan. Itu pula sebabnya dalam kitab Upanisad disebutkan : Neti, Neti (bukan ini dan bukan itu). Bentuk kalimat negatif dalam upanisad ini bukanlah menyatakan ketiadaan, tapi Beliau adalah kesemestaan, tidak terbatas, memenuhi segala, tak berubah, ada dengan sendirinya, pengetahuan dan kebahagiaan itu sendiri.

Nirguna Brahman dari Sankara menjadi Saguna Brahman (berpribadi) hanya karena disebabkan penyauannya dengan maya. Saguna dan Nirguna Brahman bukanlah dua Brahman yang berbeda atau bertentangan, Beliau adalah satu dari dua titik pandang yang berbeda. Nirguna merupakan yang lebih tinggi dipandang dari sudut transedental (Paramarthika), sedangkan Saguna dari sudut pandang relatif (Vyavaharika).

Atman adalah sang diri yang nyata (Swatah siddha), Jiwa atau roh pribadi hanyalah kenyataan yang relatif dan kepribadiannya akan berakhir, apabila ia tidak lagi menjadi subyek upadhi yang tidak nyata atau kondisi terbatas yang disebabkan oleh awidya. Selama roh pribadi menyamakan diri dengan badan dan indriyanya, ia berpikir, berbuat, dan menikmati, itu berarti ia masih berada dalam kondisi avidya. Pada saat ia terlepas dari awidya, maka baru menyadari akan kesejatiannya yang tiada lain adalah Brahman yang mutlak, sepertihalnya ether dalam sebuah periuk yang pecah, maka ia menyatu dengan semesta.

Alam semesta pula bukanlah suatu hayalan, namun merupakan kenyataan yang relatif (Vyavaharika satta), yang merupakan hasil dari maya dan awidya. Brahman yang nyata tampak sebagai alam yang berubah melalui maya. Maya merupakan daya misterius dari Brahman yang tak terbayangkan, menyembunyikan yang nyata.

Pembebasan atau kelepasan dari samsara atau proses tumimbal lahir merupakan penyatuan dari roh pribadi dalam Brahman, melalui pembebasan dari kesalah dugaan yang salah bahwa roh pribadi berbeda dengan Brahman. Karma dan bhakti merupakan proses menuju jnana. Sankara menganjurkan teori penampakan atau pelapisan (adhyasa), seperti halnya tali yang dibayangkan bagai ular pada saat senja.demikian pula alam dan badan ditumpangkan pada Brahman.

Apabila manusia mampu memperoleh pengetahuan tentang tali maka bayangan tentang ular akan lenyap, demikian pula apabila manusia memperoleh pengetahuan tentang Brahman, maka hayalan tentang alam dan badan akan hilang. Terlepasnya mithya jnana atau pengetahuan palsu akan mengantarkan manusia dalam kecemerlangan dan kemuliaan Ilahi yang murni.

Komentar
  1. Saya pernah membaca suatu teks Buddhis, berisikan tentang ajaran Sankara bahwa alam semesta ini adalah khayalan.
    Sehingga, Sankara diberikan seekor harimau oleh Rajak Buddhis, lalu Sankara lari ke atas pohon dan ditertawakan oleh Buddhis sambil berkata “kenapa Anda takut? Bukankah harimau itu tidak nyata? Bukankah harimau itu khayalan?”

    Saya penasaran, itu teks aktual gak ya?

    Sebab di sini saya baru menemukan bahwa Sankara tidak menyatakan alam semesta sebagai khayalan tetapi sebagai kenyataan relatif.

Tinggalkan komentar