Filsafat Dwaita

Posted: 10 November 2013 in Filsafat

DSC_0737

Oleh: Ida Bagus Wika Krishna

Filsafat dwaita dikembangkan oleh Sri Madhwacarya yang bersumber dari kitab Upanisad, Brahma Sutra, dan Bhagawad Gita atau yang disebut dengan Prasthana Traya (tiga kitab). Filsafat dwaita merupakan dualis tak terbatas, waisnawaisme Sri Madhwacarya sering pula disebut dengan sad-waisnawaisme untuk membedakannya dengan Sri-Waisnawaisme dari Ramanujacarya. Filsafat dwaita membuat bembedaan yang mutlak antara Tuhan, obyek yang begerak dan obyek yang tidak bergerak, pembedaan mutlak merupakan prinsip dasar dari filsafat dwaita (Atyanta bheda darsana), disebut dengan Panca Bheda, yaitu :

1.Perbedaan Tuhan dengan roh pribadi.
2.Perbedaan antara Tuhan dengan materi.
3.Perbedaan antara roh pribadi dengan materi.
4.Perbedaan antara satu roh dengan yang lainnya.
5.Perbedaan antara materi yang satu dengan lainnya.

Hari atau Wisnu merupakan perwujudan yang tertinggi, alam adalah nyata dan perbedaan adalah kebenaran. Alam dan roh bergantung pada Wisnu, roh mempunyai derajat keunggulan dan kerendahan. Bhakti atau kepatuhan tanpa kesalahan akan membawa manusia pada moksa atau pembebasan, yang merupakan kenikmatan roh pribadi terhadap kebahagiaan. Pemujaan Sri Krsna seperti yang diajarkan dalam kitab Bhagawata Purana merupakan intisari dari ajaran Madhwacarya. Menurut Madhwacarya, realitas obyektif teriri dari dua, yaitu yang berdiri sendiri (sawatantra) dan yang bergantung (paratantra). Realitas yang berdiri sendiri hanyalah Tuhan, sebagai keberadaan tertinggi. Realitas yang bergantung terdiri dari 2, yaitu : roh-roh yang sadar (cetana) dan kesatuan yang tidak sadar (acetana) seperti materi dan waktu.

Madhwacarya menerima klasifikasi roh menurut Ramanuja yang digolongkan menjadi 3, yaitu : Nitya (abadi), Mukta (bebas), dan Baddha (terbelenggu). Roh yang abadi, selamanya bebas dari belenggu hidup dengan Tuhan (Narayana) di Vaikuntha, roh yang terbebaskan sekali waktu mengalami samsara tetapi telah mencapai pembebasan, sedangkan roh terbelenggu terjerat samsara dan berjuang untuk mencapai pembebasan. Roh yang terbelenggu oleh samsara memperoleh badannya sesuai dengan karma masa lalu, yang berjalan dari kelahiran ke kelahiran berikutnya hingga mencapai pembebasan akhir atau moksa. Roh yang terbelenggu juga dibagi menjadi 2, yaitu :

1). Mereka yang layak dipilih untuk moksa (mukti yoga)
2). Mereka yang tidak layak untuk pembebasan. Mereka yang tidak layak untuk pembebasan dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : mereka yang selamanya terikat siklus samsara (nitya-samsarin), dan mereka yang nasibnya ada di neraka, wilayah kegelapan yang membutakan (tamo-yogya).

Wisnu atau Narayana merupakan penyebab pertama yang berpribadi, penguasa atas kecerdasan alam semesta, Beliau tinggal di Vaikuntha bersama-sama dengan laksmi. Beliau mewujudkan diri melalui berbagai wyuha dan melalui Awatara. Wisnu merupakan antaryamin (pengendali batin dari semua roh), menjadi pencipta, pemelihara, dan pelebur alam semesta. Laksmi merupakan perwujudan dari daya enerji penciptaanNya.

Wisnu adalah penyebab efisien, bukan penyebab material dari alam semesta, karena prakrti merupakan penyebab material alam, semua obyek badan, organ roh dibuat oleh prakrti, dan Tuhan memberikan energi prakrti melalui Laksmi. Awidya menjadi energi prakrti yang mengaburkan daya-daya spiritual dan roh-roh pribadi, yang membentuk selubung yang menyembunyikan yang tertinggi. Mahat, ahamkara, budhi, sepuluh indriya, obyek indriya, dan lima unsur dasar merupakan modifikasi dari prakrti dalam wujud halus. Oleh karenanya perbedaan alam dengan Tuhan adalah mutlak, alam bukan khayalan dan perubahan bentuk dari Tuhan.

Bhakti merupakan cara untuk mencapai pembebasan, melalui karunia dari Wisnu dan pemujaan merupakan langkah awal dari karunia Wisnu. Roh-roh pribadi diselamatkan dengan pengetahuan yang bergantung pada Tuhan, dan pengetahuan yang benar berasal dari mencintai Tuhan. Para sisya spiritual mempersiapkan diri dengan mempelajari Weda, mengendalikan indriya, dan penyerahan diri sepenuhnya. Penyangkalan, kepatuhan dan pengenalan langsung melalui meditasi membawa pada pencapaian kelepasan. Pemuja Wisnu teridentifikasi dengan :

1.Menandai badan dengan simbol-simbolnya (Ankana).
2.Pemberian nama Tuhan pada anak-anak (Namakarana).
3.Menyanyikan kemuliaannya (Bhajana).
4.Mengingat- nama Tuhan secara terus-menerus (Smarana).

Komentar
    • Kadek Lestariani berkata:

      penjelasan diatas tentang filsafat dwaita, sangat membantu saya dalam memahami apa itu filsafat dwaita dan dapat membantu saya dalam proses belajar tentang filsafat

Tinggalkan komentar