Mitos Semara Ratih

Posted: 24 November 2013 in Hinduisme

KONICA MINOLTA DIGITAL CAMERA

Ida Bagus Wika Krishna

Diceriterakanlah seorang raksasa bernama Nilarudraka yang datang menyerang surga, setelah mengalami pertempuran yang lama antara para dewa dan raksasa nilarudraka, akhirnya para dewa tidak berhasil mengalahkan kesaktian sang Raksasa, terpaksa melarikan diri. Para dewa kemudian mengadakan pertemuan dan minta pada Bhagawan Wrhaspati untuk meramalkan siapa sebenarnya yang akan bisa mengalahkan Raksasa Nilarudraka ini.

Dari ramalan ini terlihatlah bahwa yang akan mengalahkan raksasa Nilarudraka adalah putranya Bhatara Siwa yang berkepala gajah. Para Dewa-dewa pun menjadi kebingungan karena Bhatara Siwa tidak atau belum mempunyai putra semacam itu, disamping itu pula beliau sekarang sedang melakukan semadhi di Gunung Kailasa, tidak ada satu dewapun yang akan berani mengganggunya. Akhirnya para Dewa mengambil suatu keputusan bahwa Bhatara Siwa harus di bangunkan dari semadi beliau. Dimintalah Bhatara Semara untuk membangunkan beliau.

Atas perintah para dewa, maka Bhatara Semarapun bersedia dan segera datang ke Gunung Kailasa tempat Bhatara Siwa bersemadi, diiringi oleh para dewa. Dengan panah asmara yang di lepaskan oleh Bhatara samara mengenai ulu hati Bhatara Siwa, maka dengan tiba-tiba bergetarlah rasa rindu dan birahi beliau sehingga semadi beliau menjadi buyar dan begitu beliau membuka mata, dilihatlah Bhatara Semara yang baru saja menaruh busur panahnya. Bhatara Siwa sadar bahwa bangunnya beliau dari semadhi tidak lain adalah karena diganggu oleh Bathara Semara. Bangkitlah murka beliau dan dari mata Beliau yang ketiga keluarlah api menyorot dan seketika membakar hangus Bhatara Semara.

Melihat kejadian itu maka para Dewa-dewapun takut dan semuanya berdoa dan meminta maaf bahwa atas apa yang di perbuat oleh Bhatara Semara. Menjelaskan bahwa semua itu atas permintaan para Dewa semua, semua dilakukan karena surga diancam bahaya diserang oleh raksasa Nilarudraka. Menurut ramalan hanya putra Bhatara Siwalah yang akan mengalahkanya. Demikian pula Dewi Ratih dengan ratapan tangis yang memilukan memohon agar Bhatara Semara dihidupkan lagi, tetapi Bhatara Siwa tidak berkenan dan apa yang sudah terjadi. Karena kesetiaanya kepada Dewa kama maka Dewi Ratihpun memohon kehadapan Bhatara Siwa agar dirinya ikut di bakar dan abunya disatukan Dengan Dewa Kama.

Permohonan Dewi Ratih itu di kabulkan, maka untuk kedua kalinya dewa Siwa memancarkan api dari mata beliau yang ketiga membakar hangus Dewi ratih. Sebab itulah Dewa Kama dan Dewi Ratih tidak berbadan lagi kemudian Bhatara Siwa menebarkan abu Dewa Kama dan Dewi Ratih kedunia, agar kedua Dewa itu Hidup kembali ke dunia memasuki jiwa dan rasa dari semua mahluk. Dewa Kama masuk kedalam lubuk hati setiap pria dan Dewi Ratih memasuki lubuk hati setiap wanita, sehingga terjalinlah kasih sayang dan kesetiaan dari kedua jenis ini.

Tinggalkan komentar